Jumat, 10 April 2009

Manusia peramal

Kalau peramal itu datang, akan kutanya kenapa dia meramal sesuatu yang salah. kenapa dulu dengan lancangnya dia bisa mendahului nasibku tanpa diminta. Kata-kata seorang peramal biasa (selalu) penuh dengan teka-teki, memendam rasa setengah yakin setengah tidak. Tapi dia dengan seyakinnya berceloteh dengan lantang pada ibuku tentang masa depanku. Seolah2 bagai kabar terang benderang yang muncul di tengah bayang-bayang jalan hidupku sekarang. Perlahan kabar itu mendekati kebenaran, maka hatiku berkata mungkin si peramal memang punya hubungan karib dengan Tuhan, sehingga ia tahu yg akan terjadi. Mungkin itu benar, dan bersoraklah aku.

Tapi perlahan kemudian ternyata yang terjadi adalah semua bergerak ke arah berlawanan. Yang tadinya aku berada di atas telapak tangan, kini sudah dibalikkan dan rasanya hampir jatuh. bahkan sulit untuk berpegangan. Rupanya dia tidak sekedar peramal, tapi juga penyembuh. Mungkin karena itulah kekuatannya tidak begitu besar, kebenaran yang dia kemukakan bisa saja salah. Dia menyembuhkan dengan sesuatu yang disebutnya tenaga dalam dan berhasil membuat salah satu saudaraku kehilangan miomanya di payudara. Turut berbahagia karena akhirnya saudaraku itu sembuh dan kini akan menikah.

Kepintarannya melebihi buku-buku nilai, karena menyangkut jalan hidup manusia dan itu yang diberikan Tuhan untuk si peramal. Si peramal membuat otakku bekerja lebih keras, berpikir sampai mabuk apakah aku yang menjadikan semuanya "tidak seperti seharusnya terjadi? apakah ini salahku? karena tidak begini menurut si peramal".
Tentunya si peramal sebenarnya berhati baik, santun dan mempunyai niat tulus. Namun dia tidak mempunyai jawaban untuk yang satu itu, karena berhubungan dengan hati dan perasaan yang selalu bisa berubah tiap detiknya. Masa depan bisa berubah, ke arah yang baik atau buruk, bisa menjatuhkan dan menyokong. Bagiku, berpikir keras tentang masa depan mendatangkan penyakit, menyerang terutama pada kepala dan perut. Dua bagian tubuhku itu memang paling sensitif ketika merasa resah, frustasi dan rapuh. Aku kalah oleh masa depan yang berubah, menjadi lemah dan pesimis, tapi menumbuhkan perasaan kebas yang sangat lapang sehingga tidak begitu sakit rasanya bila itu terjadi lagi. Pak peramal, manusia peramal, masa depan bisa berubah....

2 komentar:

  1. ini? personifikasi ato orang beneran yu? misteri..................

    BalasHapus
  2. orang beneran...fufufu...
    gw emang kenal ama org ini..all in this story is reality...
    dan gw..sangat2..sangat2 superrrrr pengen ketemu org ini lagi.

    BalasHapus